windmills_schellenhuber_Paul_Ellis_AFP_Getty_Images Paul Ellis/AFP/Getty Images

Membiayai Transisi Perubahan Iklim

POTSDAM, PARIS, ZURICH – Jika dunia tidak mengurangi emisi gas rumah kaca secara cepat, kemanusiaan akan memasuki era dengan resiko iklim yang sangat buruk. Peristiwa-peristiwa cuaca yang ekstrim dan merusak telah meningkat frekuensinya, namun sebagian besar dari kerusakan terburuk yang berkaitan dengan iklim, seperti peningkatan permukaan laut yang terus terjadi, akan hanya disadari saat sudah terlampau terlambat untuk bertindak.

Jelas, horizon waktu sistem iklim tidak sesuai dengan siklus ekonomi dan politik dunia yang lebih singkat. Laporan tiga bulanan dari perusahaan-perusahaan yang terdafatar, dan perubahan-perubahan peraturan akhir-akhir ini, seperti yang memandatkan peningkatan penggunaan akuntansi “mark-to-market” yang mencatat nilai perusahaan berdasarkan harga pasar saat itu, membatasi pemikiran jangka panjang.

Pemerintah biasanya memiliki siklus legislatif tidak lebih dari empat tahun, dan mereka juga harus menanggapi pembangunan yang secepatnya. Namun, menstabilisasi iklim membutuhkan tindakan berkelanjutan dan konsisten selama periode yang panjang.

AXA dan UBS, bersama dengan Potsdam Institute untuk Penelitian Dampak Iklim atau Climate Impact Research, CDP (sebelumnya Carbon Disclosure Project), dan Komunitas Informasi dan Pengetahuan Iklim Uni Eropa atau EU’s Climate-KIC (Knowledge and Information Community) baru-baru ini menyelenggarakan konferensi di Berlin. Di sana, mereka berdiskusi dengan para ahli mengenai investasi hijau dan divestasi bahan bakar fosil mengenai bagaimana para perantara keuangan dapat membantu mengatasi resiko-resiko iklim.

Keikutsertaan aktif industri keuangan sangat diperlukan. Dalam perjanjian iklim Paris yang dihasilkan Desember kemarin, negara-negara di seluruh dunia setuju untuk membatasi pemanasan global agar di bawah 2° Celsius, dan memutuskan jalur mana yang harus dilakukan oleh dunia secara cepat. Selama 15 tahun mendatang, diperkirakan $93 triliun akan diperlukan untuk investasi dalam infrastruktur karbon rendah.

Pendanaan pemerintah saja tidak dapat memenuhi permintaan ini, sehingga sektor keuangan harus membantu menutup kesenjangan ini. Dengan mengarahakan aliran modal menuju upaya-upaya yang pro-aktif untuk memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim, institusi-institusi keuangan dapat melindungi aset klien dari resiko-resiko iklim global, dan dari resiko-resiko ekonomi yang disebabkan oleh planet yang memanas. Mereka juga menunjukkan tanggung jawab sosial mereka atas kesejahteraan generasi mendatang.

BLACK FRIDAY SALE: Subscribe for as little as $34.99
BF2024-Onsite-1333x1000

BLACK FRIDAY SALE: Subscribe for as little as $34.99

Subscribe now to gain access to insights and analyses from the world’s leading thinkers – starting at just $34.99 for your first year.

Subscribe Now

Namun perubahan pembiayaan membutuhkan pembiayaan yang berubah. Dan proses ini sedang berjalan. Lembaga-lembaga pembangunan seperti Bank Dunia mempertimbangkan kembali kebijakan-kebijakan investasinya.  Dan, dalam sektor swasta, ada antusiasme yang meningkat terhadap obligasi, pinjaman, indeks, dan investasi infrastruktur “hijau”.

Tetap saja, seperti yang dicatat oleh Komisi Eropa, kurang dari 1% aset lembaga seluruh dunia ditanamkan pada aset infrastruktur yang ramah lingkungan. Melihat tingkatan bunga yang rendah sepanjang sejarah dan kurangnya pilihan-pilihan penanaman modal yang menarik, ini adalah saat yang ideal untuk melihat keinginan investor yang meningkat terhadap produk-produk keuangan hijau.

Banyak lembaga keuangan besar yang baru-baru ini bergabung dengan inisiatif yang mendukung divestasi bahan bakar fosil. Temuan-temuan penelitian mengindikasikan bahwa emisi CO2 global harus dibatasi sampai kurang dari satu triliun ton persegi anatara tahun 2010 dan akhir abad ini untuk memenuhi perjanjian Paris dan membatasi pemanasan global sampai di bawah 2°C. Ini berarti bahwa sebagian besar cadangan batu bara, minyak, dan gas harus tetap dibatasi atau bahkan dihilangkan.

Sebagai hasilnya, penanaman modal dalam sumber-sumber energi akan terus turun nilainya sejalan berjalannya waktu, dan akhirnya akan terbengkalai. Maka, revaluasi sektor keuangan dalam hal hal tersebut tidak hanya akan menstabilisasi iklim, namun akan lebih baik melindungi penanaman modal klien mereka, dan dengan mencegah terciptanya “gelembung karbon,” membantu menstabilisasi ekonomi. Namun, menjual hal-hal tersebut tidak cukup; Aset yang dibebaskan juga harus diarahkan untuk usaha-usaha yang berkelanjutan.

Agar lembaga-lembaga keuangan dan penanam modal melakukan tugasnya, mereka memerlukan pemahaman yang lebih baik mengenai resiko-resiko investasi yang berkaitan dengan iklim, yang telah dibagi oleh Dewan Stabilitas Keuangan atau Financial Stability Board (FSB) telah dibagi menjadi tiga kategori: fisik, transisional, dan liabilitas. Keputusan-keputusan investasi akan membutuhkan data yang baik, berdasarkan hal yang ilmiah, dan standar-standar seragam untuk menilai resiko-resiko tersebut,dan untuk menghitung kesempatan-kesempatan yang dapat terbuka karena hal-hal tersebut.

Penyingkapan yang efektif adalah bagian kunci dari kerangka baru manapun. Sebuah gugus tugas FSB – yang terdiri dari perwakilan-perwakilan bank, asuransi, investor lembaga, lembaga pemeringkat, konsultan, dan auditor – saat ini sedang membentuk standar-standar suka rela, sehingga perusahaan-perusahaan menyediakan penyingkapan keuangan yang berhubungan dengan iklim secara konsisten dan dapat dibandingkan. Ini juga memperbolehkan perusahaan untuk mendapatkan masukan-masukan untuk potensi mereka sendiri untuk berubahan, merefleksikan prinsip-prinsip yang dihargai waktu: apa yang bisa diukur, akan diatur.

Ini bukan tugas yang mudah. Sebagai contoh, jejak karbon itu sendiri tidak akan mengubah penanaman modal ke arah yang benar. Bukannya mengidentifikasi champion-champion untuk solusi yang ramah lingkungan, figur-figur ini hanya mengidentifikasi perusahaan apa saja yang saat ini menghasilkan gas rumah kaca terbesar. Standar-standar penyingkapan yang baik harus memperhitungkan informasi yang spesifik mengenai sektor dan dampaknya terhadap strategi-strategi bisnis dari transisi menuju ekonomi berkarbon rendah.

Semua pemerintah yang menandatangani perjanjian Paris saat ini dapat diharapkan untuk mengadopsi beberapa tindakan yang membantu mereka menjalankan strategi-strategi de-karbonisasinya. Dalam konteks ini, pemberian harga karbon adalah bagian penting dari pembuatan kebijakan. Beberapa pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong perkembangan produk-produk hijau, melalui insentif pasar atau pajak. Secara keseluruhan, perubahan-perubahan terhadap kerangka hukum tersebut harus mendukung, dan tidak menghambat, upaya-upaya sektor keuangan swasta untuk mengatasi perubahan iklim.

Membiayai proyek-proyek infrastruktur ini terlalu mahal untuk beberapa pemerintah untuk membiayainya sendiri, namun, penting untuk transformasi sistem energi kita – seperti pembangkit listrik tenaga angin dan kabel listrik jarak jauh – akan membutuhkan sebuah kelas baru obligasi infrastruktur. Di masa lalu, pemerintah telah mendorong penanaman modal dalam hal obligasi pemerintah. Sekarang, untuk meningkatkan penanaman modal swasta dalam membuat infrastruktur yang bersih, tindakan-tindakan yang melindungi penanam modal dan mekanisme-mekanisme penyelesaian perselisihan harus dipertimbangkan.

Sektor keuangan siap untuk memimpin perubahan ke arah keberlanjutan. Saat Jerman mengambil alih kepresidenan G20 tahun depan, mereka akan memiliki kesempatan untuk meyakinkan mitra-mitranya untuk menciptakan kerangka yang baik untuk mendorong perubahan dalam sektor pembiayaan yang memastikan penyesuaian yang mulus menuju ekonomi karbon rendah. Untuk para aktor swasta dan publik, sekaranglah saatnya bertindak.

https://prosyn.org/G3M4Yp5id