harrington22_Sean GallupGetty Images_richardgrenell Sean Gallup/Getty Images

Pembersihan Besar-Besaran Trump

ATLANTA – Setelah hampir empat tahun menentang para pejabat dan analis intelijen AS yang mengungkapkan campur tangan Rusia dalam pemilu presiden AS pada tahun 2016, Donald Trump akhirnya bertindak sepenuhnya atas paranoia dengan melakukan pembersihan. Pemecatan pejabat tinggi keamanan nasional AS mungkin mengagetkan masyarakat AS, tapi tidak bagi Rusia. Selama berbulan-bulan, candaan yang beredar di Moskow adalah andai Trump memecat kepala intelijennya, maka ia bisa dapat intelijen langsung dari sumbernya: Presiden Rusia Vladimir Putin.      

Di antara orang-orang yang dipecat oleh Trump bulan lalu adalah plt direktur intelijen nasional, Admiral Joseph Maguire, dan deputinya. Tapi pemecatan pejabat senior bukan inti cerita ini. Intinya adalah Trump ingin mengirimkan pesan kepada seluruh komunitas intelijen, yang secara konsisten menunjukkan kebohongan tidak mendasar Trump mulai dari program nuklir Korea Utara hingga perubahan iklim. Trump ingin mengintimidasi pekerja intelijen AS untuk tunduk kepadanya, dan upaya ini mungkin berhasil.   

Tidak ada keraguan kalau pemecatan yang dilakukan Trump adalah sebuah “pembersihan.” Pilihan interim Trump untuk menggantikan Maguire, Richard Grenell, yang pernah menjabat sebagai duta besar AS ke Jerman, terkenal sebagai penjilat Trump yang tidak punya pengalaman intelijen. Grenell dengan senang hati akan tunduk kepada Trump. Ia sudah memerintahkan bawahannya untuk mulai menyelidiki dugaan konspirasi di antara pejabat intelijen yang mengungkap campur tangan Rusia ketika pemilu, dan meneliti arsip personil untuk mengetahui siapa yang tidak cukup setia kepada Trump.    

Menjelang pemilu presiden tahun 2020, tidak sulit untuk melihat motif Trump. Pada bulan Desember, pejabat intelijen menghindari bagian yang publik dari brifing tahunan mengenai ancaman keamanan ke Kongres, setelah pada brifing tahun sebelumnya mereka memancing amarah Trump karena menyangkalnya dalam hampir semua permasalahan keamanan nasional. Pesan dari tindakan pembersihan tersebut jelas: Trump ingin jabatan eksekutif diisi dengan orang-orang yang akan memberangus badan intelijen selama masa kampanye presiden tahun 2020. Jika Grenell melakukan hal ini dan membantu menyelesaikan “pembersihan,” calon direktur intelijen nasional (DNI) yang diajukan oleh Trump dapat melalui proses konfirmasi Senat dengan mudah.   

Calon untuk menempati posisi tersebut adalah Wakil Rakyat dari Partai Republik John Ratcliffe, penjilat Trump yang lain. Serangan Ratcliffe terhadap Penyidik Khusus Robert Mueller selama sidang kongres dalam penyelidikan tentang kasus Rusia membuat Trump memilihnya untuk posisi DNI tahun kemarin. Tapi pengungkapan bahwa Ratcliffe telah berbohong dalam resumenya untuk menutupi tidak adanya pengalaman dia dalam bidang intelijen telah menggagalkan nominasi ini, bahkan anggota Senat dari Partai Republik mengakui bahwa kesetiaan kepada Trump bukan kualifikasi yang cukup untuk pekerjaan tersebut. Sekarang Senat harus memilih antara Ratcliffe dan Grenell.         

Melihat sejarah Ratcliffe yang tanpa malu menjadi kaki tangan, sama seperti Grenell, maka ia akan memolitisasi intelijen jika diminta oleh Trump. Tugas komunitas intelijen adalah untuk menyampaikan fakta dan analisis non-partisan kepada presiden, pembuat kebijakan tingkat tinggi, dan komandan militer, tanpa memedulikan preferensi kebijakan mereka. Tapi, Trump telah melakukan banyak upaya untuk menekan atau mendiskreditkan intelijen yang ia tidak suka, dan sekarang ia mungkin akan melakukannya dengan bebas.

PS_Sales_BacktoSchool_1333x1000_Promo

Don’t go back to school without Project Syndicate! For a limited time, we’re offering PS Digital subscriptions for just $50.

Access every new PS commentary, our suite of subscriber-exclusive content, and the full PS archive.

Subscribe Now

Partai Republik dan Demokrat telah menyatakan kekhawatiran mereka terhadap campur tangan Gedung Putih dalam aktivitas intelijen penting. Pada bulan Januari, Adam Schiff, Ketua Komisi Intelijen DPR AS dari Partai Demokrat, memperingatkan bahwa pemerintahan Trump menekan badan intelijen untuk tidak memberikan informasi mengenai Ukraina sehubungan dengan pengawasan kongres. Dan di DPR, sebuah brifing intelijen untuk menjelaskan ancaman yang seharusnya menjadi pembenaran pembunuhan terhadap komandan Pasukan Quds Qassem Suleimani di bulan Januari dikritik secara bipartisan karena apa yang terlihat sebagai kesalahan interpretasi Gedung Putih.

Tentunya presiden punya hak untuk memberikan arahan baru kepada badan intelijen dan untuk memecat pejabat karena kesalahan atau salah langkah. Setelah invasi Teluk Babi yang membawa malapetaka pada tahun 1961, Presiden John F. Kennedy memilih orang di luar komunitas intelijen, John McCone, untuk memimpin CIA. Dan setelah skandal Iran-Kontra yang melibatkan Direktur CIA Willian J. Casey, Presiden Ronald Reagan menunjuk Willian H. Webster, mantan direktur FBI, untuk menggantikan Casey. Tapi, sebelum Trump, tidak ada presiden yang secara terang-terangan memprioritaskan kepentingan politiknya diatas keamanan negara dengan mendiskreditkan badan yang ditugaskan untuk membela negara.

Bahkan presiden yang tidak etis seperti Richard Nixon saja tidak pernah melakukan perang dengan intelijen seperti yang dilakukan oleh Trump. Di bawah tekanan skandal Watergate, Nixon, pada bulan Februari tahun 1973, menunjuk James R. Schlesinger untuk menggantikan Richard Helms sebagai direktur CIA, karena Helms menolak untuk membantu menutupi skandal tersebut. Ketika menjabat, Schlesinger merampingkan CIA, sehingga banyak petugas intelijen yang berpengalaman keluar dan meresahkan komunitas intelijen. Tapi ia tidak pernah mempertanyakan kesetiaan atau menghina hasil kerja petugas intelijen. Selain itu, tidak seperti Grenell dan Ratcliffe, Schlesinger, yang kemudian menjabat sebagai Menteri Pertahanan, setidaknya mempunyai kredensial keamanan nasional.  

Serangan Trump yang tidak henti-hentinya dan penunjukan pengikut politik yang setia ke posisi penting di komunitas intelijen tentu berdampak pada semangat di komunitas intelijen. Mata-mata dan analis intelijen AS dilatih untuk melakukan pekerjaan mereka dengan integritas dan untuk mengambil risiko di lapangan. Mereka bertugas untuk memberikan informasi yang independen, non-partisan dan analisis untuk kepentingan keamanan negara. Dengan mengabaikan temuan mereka, merendahkan pekerjaan mereka, dan mencari tanda ketidaksetiaan, tindakan Trump telah membahayakan misi pekerjaan mereka. 

Sejauh ini, para pemimpin komunitas intelijen tidak banyak mengatakan kerusakan yang disebabkan oleh Trump. Penjelasan paling positif dari heningnya mereka adalah upaya untuk melindungi misi dengan cara tidak menarik perhatian. Mungkin ini ada benarnya. Tapi di suatu saat, keheningan jadi tidak bisa dibedakan dengan keikutsertaan, khususnya ketika mereka yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan misi dijadikan target pembersihan dan penyelidikan palsu. Ketika mereka yang harusnya menerima penghargaan malah dipecat, maka sesuatu yang salah telah terjadi.         

https://prosyn.org/S8rsvkHid