solheim5_STEFANIE GLINSKI_AFP_Getty Images STEFANIE GLINSKI/AFP/Getty Images

Menjadikan Migrasi Aman Bagi Neksus Iklim

NEW YORK – Umat manusia tengah melakukan perpindahan. Kita hidup di jaman mobilitas ide, uang, dan, yang kini jumlah perpindahannya semakin meningkat, manusia.

Jumlah populasi manusia dan cara kita menggunakan sumber daya telah mengubah dunia secara menyeluruh. Meskipun model ekonomi “mengambil-menggunakan-membuang” telah menciptakan kekayaan bagi ratusan juta orang di banyak negara dan mengurangi kemiskinan global secara signifikan, hal ini juga telah merugikan banyak orang. Dan yang penting adalah hal ini menjadikan generasi mendatang terpapar risiko sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang sangat besar. Dan mungkin risiko terbesar berasal dari polusi gas rumah kaca di atmosfer yang mencapai jumlah paling banyak selama 66 juta tahun.

Satu miliar orang di dunia adalah migran, jumlah ini terdiri dari mereka yang melakukan perpindahan di dalam atau di luar batas negara mereka. Perpindahan tersebut disebabkan oleh alasan yang rumit, termasuk tekanan populasi, kurangnya peluang ekonomi, degradasi lingkungan, dan bentuk-bentuk perjalanan baru. Jika dikombinasikan, faktor-faktor ini berkontribusi terhadap perpindahan manusia dan migrasi yang tidak aman dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan jumlah kedua hal tersebut akan mengalami peningkatan seiring dengan dampak perubahan iklim yang secara bertahap mengikis jutaan mata pencaharian. 

Perubahan iklim secara mendasar telah mengubah peta wilayah yang dapat menjadi pemukiman. Pasokan makanan menjadi terganggu di wilayah Sahel di Afrika Utara dan Amerika Tengah; kekurangan dan kelangkaan air semakin buruk di Afrika Utara dan Timur Tengah. Sebagai contoh, Somalia mengalami kekeringan dengan frekuensi yang lebih sering. Irak mengalami gelombang panas yang lebih sering terjadi. Badai dan banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda Karibia dan Teluk Meksiko. Ketika kejadian yang tidak biasa menjadi sebuah hal yang normal, kelangkaan, persaingan yang saling merugikan, dan pengungsian massal akan menjadi sebuah hal yang lumrah.

Namun, terdapat kabar baik dalam dua hal. Yang pertama, kita telah melakukan sebuah langkah besar dalam membangun ketahanan terhadap cuaca ekstrem. Pada tahun 1970an, ratusan ribu orang meninggal karena banjir ekstrem di Bangladesh. Kini, korban jiwa karena bencana yang sama, meskipun hal ini tetap menjadi hal yang tragis, berjumlah jauh lebih sedikit. Kini kita mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi bencana.

Yang kedua, untuk pertama kalinya dalam sejarah, komunitas internasional bersatu untuk menciptakan sebuah kerangka untuk mengelola migrasi internasional. Negosiasi antar-pemerintah yang dimulai pada bulan Februari 2018 dengan tujuan untuk mengadopsi Perjanjian Global untuk Migrasi yang Aman, Tertib, dan Reguler (GCM). Dan pada bulan lalu, Majelis Umum PBB melakukan finalisasi GCM, yang diharapkan akan diadopsi oleh para kepala negara pada konferensi tingkat tinggi di Marrakesh pada bulan Desember tahun ini.  

BLACK FRIDAY SALE: Subscribe for as little as $34.99
BF2024-Onsite-1333x1000

BLACK FRIDAY SALE: Subscribe for as little as $34.99

Subscribe now to gain access to insights and analyses from the world’s leading thinkers – starting at just $34.99 for your first year.

Subscribe Now

GCM berjanji untuk menyediakan kerangka yang baik untuk mengambil tindakan untuk mengatasi migrasi yang disebabkan oleh perubahan iklim. Namun kini kita harus menjamin bahwa hal tersebut akan dilaksanakan. GCM mewakili peluang langka untuk menetapkan sebuah sistem yang disetujui secara internasional untuk mengelola migrasi yang aman dan tertib. Oleh karena itu, hal ini mempunyai potensi untuk memperbaiki kehidupan dan peluang dari puluhan juta orang. Ketika hal ini telah secara resmi diadopsi, kita harus menjamin bahwa kerangka yang baru tersebut dapat memaksimalkan manfaat perjalanan dan pertukaran internasional, dan juga mengatasi kekhawatiran banyak orang mengenai migrasi yang tidak diatur.  

Dan yang terakhir, dan merupakan yang terpenting, kita harus melakukan apa pun untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis. Ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga suhu bumi sebesar 2°C jika dibandingkan dengan tingkat sebelum masa industri – sebuah ambang batas yang jika dilewati dapat memicu dampak perubahan iklim yang tidak terkendali. 

Laporan terbaru bahwa karbon dioksida di atmosfer kini melebihi 410 bagian per satu juta harus menjadi peringatan bagi kita semua. Terdapat kebutuhan mendesak agar kita menjadi lebih efisien dalam menggunakan sumber daya, dengan mengadopsi metode konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, dan secara mendasar mengubah model ekonomi kita.  

Waktu untuk melakukan tindakan semakin menipis. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan menciptakan situasi yang tidak aman bagi manusia pada tingkat yang tidak dapat diterima. Jika lingkungan dapat dikelola secara berkelanjutan, kita akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menjunjung martabat, hak, dan prospek dari para migran.      

Kedua tujuan di atas tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, dan organisasi yang kami pimpin siap untuk mendukung upaya negara-negara di dunia untuk mencapai hal tersebut. Tahun 2018 memberikan kita sebuah peluang unik untuk memikirkan dan merencanakan dekade-dekade mendatang dengan mengambil tindakan dalam urusan migrasi dan lingkungan.

Ketika kita menetapkan kerangka untuk mencapai migrasi yang aman, reguler dan tertib, kita harus menggunakan kreativitas kita untuk mengatasi permasalahan yang menyebabkan migrasi. Dan yang paling penting, kita membutuhkan pemimpin yang mempunyai visi mengenai masa depan dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan permasalahan yang telah terjadi, dan sepenuhnya merupakan kesalahan kita.                              

https://prosyn.org/dyYJgcIid