WASHINGTON, DC – Kata nasionalisme dan patriotisme biasanya digunakan untuk menggambarkan komitmen politik yang mendarah daging, dan kedua label tersebut sering muncul menjelang pemilihan umum Amerika Serikat (AS) yang akan diselenggarakan pada bulan depan. Tapi, bagi seorang psikolog, istilah-istilah tersebut mewakili ekspresi yang khas tapi berbeda mengenai cara manusia mengelompokkan diri dalam masyarakat. Bahkan, perbedaan kepribadian antara orang yang nasionalis dan patriot sepertinya universal di berbagai budaya, yang menunjukkan bahwa hal ini adalah bagian dari warisan kita bersama sebagai manusia.
Meskipun orang yang nasionalis dan patriot sama-sama mengabdi kepada masyarakat, tapi keduanya melihat pengabdian mereka dengan cara yang berbeda. Para patriot menunjukkan kebanggaan pada identitas bersama dan rasa memiliki – sentimen yang timbul dengan sendirinya pada warga negara asli dan imigran yang ternaturalisasi. Karena fokus mereka dicurahkan pada kelompoknya sendiri, maka para patriot menekankan pentingnya keperluan sehari-hari komunitas mereka: makanan, perumahan, sekolah, dan lainnya.
Sebaliknya, para nasionalis mengagung-agungkan identitas mereka. Ketika para patriot fokus untuk memastikan pemenuhan kebutuhan sesama warga negaranya, para nasionalis sibuk mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai cara hidup yang lebih unggul dan menjaga keamanan sesama warga dari ancaman pihak luar.
Tapi para patriot dan nasionalis juga memiliki pemikiran yang berbeda mengenai siapa yang termasuk dalam kategori “sesama.” Para nasionalis mengagungkan aspek-aspek identitasnya yang membedakan mereka dari orang lain. Oleh karena itu, mereka menganggap pembuktian kesetiaan, adat istiadat, kepatuhan pada otoritas yang diakui, dan pelestarian hubungan sosial yang mapan sebagai hal yang sangat penting. Nilai-nilai ini diperoleh ketika masyarakat pemburu dan peramu yang dulunya punya kedudukan setara kemudian menetap dan lalu perbedaan prestise dan kekuasaan individu dan kelompok muncul.
Para patriot juga memandang tinggi “sesama mereka,” tapi mereka menganggap bahwa status adalah hal yang harus digapai dan tidak sekedar dipertahankan. Oleh karena itu, para patriot memungkinkan terjadinya perbaikan secara terus menerus.
Di alam, kita melihat persamaan antara sifat para nasionalis dengan apa yang ditunjukkan oleh semut, yang berpegang teguh pada apa yang mereka anggap sebagai koloninya: aroma khusus yang dimiliki semua anggota koloni sebagai tanda atas identitas kelompok. Pada manusia, seorang patriot bisa sama terharunya dengan seorang nasionalis dalam menunjukkan kesetiaannya pada simbol-simbol seperti bendera atau lagu kebangsaan; tapi, para nasionalis lebih sensitif terhadap simbol-simbol tersebut.
At a time when democracy is under threat, there is an urgent need for incisive, informed analysis of the issues and questions driving the news – just what PS has always provided. Subscribe now and save $50 on a new subscription.
Subscribe Now
Bagi para nasionalis, melihat bendera negara atau pemimpin yang dihormati, meskipun sebentar saja, akan menimbulkan reaksi yang kuat, begitu juga dengan tidak adanya simbol tersebut ketika seharusnya simbol itu ada. Hal ini terlihat jelas pada kemarahan kaum nasionalis kulit putih AS terhadap para atlet profesional kulit hitam yang berlutut selama dikumandangkannya lagu kebangsaan untuk memprotes kekerasan polisi.
Meskipun para nasionalis jauh lebih curiga pada hal-hal yang berbeda dari mereka dibandingkan dengan para patriot, bukan berarti para patriot tidak memiliki prasangka. Dengan mencurahkan perhatian mereka untuk sesama warga negara atau orang-orang dari ras atau suku yang sama, para patriot juga mungkin melakukan diskriminasi, terkadang tanpa disadari, terhadap orang-orang yang berbeda dari mereka.
Munculnya perspektif yang bertentangan ini mungkin menjadi hal yang penting bagi kelangsungan hidup kita. Semua cara berpikir bisa bermanfaat pada konteks-konteks tertentu. Dalam pekerjaan saya sebagai ahli biologi, saya menemukan bahwa kelompok-kelompok mulai dari simpanse hingga rayap cenderung memiliki dua fungsi yang berkaitan; memenuhi kebutuhan anggota kelompok dan melindunginya. Perlindungan fokus pada hal-hal yang berasal dari luar kelompok, sedangkan pemenuhan kebutuhan fokus pada hal-hal yang ada di dalam kelompok.
Dimensi patriot-nasionalis dari identitas kita mungkin merupakan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan sosial yang berbeda-beda. Penyeimbangan antara tanggung-jawab juga terjadi dalam dunia hewan. Para ilmuwan menemukan bahwa koloni semut memiliki potensi sukses paling tinggi ketika koloni tersebut tidak hanya terdiri dari individu yang dengan gagah berani mempertahankan koloni, tapi juga memiliki anggota kelompok yang menghindari bahaya dan merawat sarang mereka dengan hati-hati. Jika kelompok perawat sarang ini terlalu sedikit, maka semut-semut yang masih muda akan kelaparan; jika kelompok yang berani mempertahankan koloni terlalu sedikit, maka berbagai parasit akan mencuri sumber daya koloni.
Meskipun kita berpikir bahwa masyarakat yang sehat berfungsi melalui kerja sama di antara para anggotanya, konflik juga bisa bermanfaat. Walaupun orang-orang dengan pandangan berbeda jarang bisa mencapai kesepakatan, kenyataannya adalah masyarakat dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit nasionalis atau patriot akan rentan terhadap bencana. Tapi, manusia modern menghadapi jauh lebih banyak permasalahan dibandingkan dengan hewan lainnya – termasuk nenek moyang kita. Jika ketegangan sosial saat ini muncul di zaman nenek moyang kita yang berburu dan meramu, maka masyarakat yang hanya terdiri dari beberapa ratus orang ini akan terpecah-pecah.
Banyak perpecahan sosial kita saat ini mencerminkan kenyataan bahwa kita berevolusi dari masyarakat yang homogen. Masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan ras merupakan suatu hal yang cukup baru dalam sejarah kita, dan banyak orang – baik patriot atau nasionalis – masih memihak etnis mereka sendiri, baik secara sadar atau tidak. Oleh karena itu, sebuah tindakan jahat yang dilakukan oleh seorang anggota kelompok minoritas – seperti penembakan klub malam di Orlando pada tahun 2016 oleh orang Amerika keturunan Afganistan – memicu kemarahan terhadap seluruh kelompok keturunan Afghanistan, bahkan terhadap suku lain yang tidak terkait dengan tragedi tersebut. Saat orang-orang merasa takut akan keselamatannya atau cara hidupnya, mereka cenderung menyamakan semua pihak yang dianggap berasal dari luar kelompok mereka.
Pada awal tahun 1996, ketika sebuah survei menanyakan apakah orang-orang AS mau memiliki tetangga yang merupakan orang Wisian, hampir 40% dari responden menjawab tidak bersedia, meskipun kelompok “Wisian” tersebut sebenarnya tidak ada (para peneliti mengarang hal ini). Tapi, walaupun ada prasangka yang kuat, masyarakat modern yang terdiri dari berbagai etnis dan ras masih tetap bertahan, dan jika dijalankan dengan benar, maka masyarakat seperti ini akan menjadi maju.
Penjelasan yang umum atas ketahanan ini diajukan lebih dari satu abad yang lalu dalam buku Folkwaysyang ditulis oleh sosiolog William Summer, yang mengatakan bahwa gesekan dengan pihak luar akan menyatukan suatu masyarakat. Tapi jelas bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Seperti yang sudah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, pihak luar bisa menciptakan perpecahan dan mengadu domba kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Dan bahkan ketika ancaman pihak luar bisa menyatukan sebagian besar masyarakat, kelompok-kelompok minoritas bisa menjadi lebih termarginalisasi – atau bahkan dimusuhi – dibandingkan kondisi yang ada saat ini.
Bagaimanapun, orang-orang AS dengan kecenderungan politik yang berlawanan saat ini sudah terlalu berbaur sehingga negara ini tidak akan terpecah dengan cara yang sama dengan yang mungkin terjadi pada masyarakat pemburu dan peramu. Kita terpaksa hidup bersama, dan mungkin ini adalah yang terbaik.
To have unlimited access to our content including in-depth commentaries, book reviews, exclusive interviews, PS OnPoint and PS The Big Picture, please subscribe
At the end of a year of domestic and international upheaval, Project Syndicate commentators share their favorite books from the past 12 months. Covering a wide array of genres and disciplines, this year’s picks provide fresh perspectives on the defining challenges of our time and how to confront them.
ask Project Syndicate contributors to select the books that resonated with them the most over the past year.
WASHINGTON, DC – Kata nasionalisme dan patriotisme biasanya digunakan untuk menggambarkan komitmen politik yang mendarah daging, dan kedua label tersebut sering muncul menjelang pemilihan umum Amerika Serikat (AS) yang akan diselenggarakan pada bulan depan. Tapi, bagi seorang psikolog, istilah-istilah tersebut mewakili ekspresi yang khas tapi berbeda mengenai cara manusia mengelompokkan diri dalam masyarakat. Bahkan, perbedaan kepribadian antara orang yang nasionalis dan patriot sepertinya universal di berbagai budaya, yang menunjukkan bahwa hal ini adalah bagian dari warisan kita bersama sebagai manusia.
Meskipun orang yang nasionalis dan patriot sama-sama mengabdi kepada masyarakat, tapi keduanya melihat pengabdian mereka dengan cara yang berbeda. Para patriot menunjukkan kebanggaan pada identitas bersama dan rasa memiliki – sentimen yang timbul dengan sendirinya pada warga negara asli dan imigran yang ternaturalisasi. Karena fokus mereka dicurahkan pada kelompoknya sendiri, maka para patriot menekankan pentingnya keperluan sehari-hari komunitas mereka: makanan, perumahan, sekolah, dan lainnya.
Sebaliknya, para nasionalis mengagung-agungkan identitas mereka. Ketika para patriot fokus untuk memastikan pemenuhan kebutuhan sesama warga negaranya, para nasionalis sibuk mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai cara hidup yang lebih unggul dan menjaga keamanan sesama warga dari ancaman pihak luar.
Tapi para patriot dan nasionalis juga memiliki pemikiran yang berbeda mengenai siapa yang termasuk dalam kategori “sesama.” Para nasionalis mengagungkan aspek-aspek identitasnya yang membedakan mereka dari orang lain. Oleh karena itu, mereka menganggap pembuktian kesetiaan, adat istiadat, kepatuhan pada otoritas yang diakui, dan pelestarian hubungan sosial yang mapan sebagai hal yang sangat penting. Nilai-nilai ini diperoleh ketika masyarakat pemburu dan peramu yang dulunya punya kedudukan setara kemudian menetap dan lalu perbedaan prestise dan kekuasaan individu dan kelompok muncul.
Para patriot juga memandang tinggi “sesama mereka,” tapi mereka menganggap bahwa status adalah hal yang harus digapai dan tidak sekedar dipertahankan. Oleh karena itu, para patriot memungkinkan terjadinya perbaikan secara terus menerus.
Di alam, kita melihat persamaan antara sifat para nasionalis dengan apa yang ditunjukkan oleh semut, yang berpegang teguh pada apa yang mereka anggap sebagai koloninya: aroma khusus yang dimiliki semua anggota koloni sebagai tanda atas identitas kelompok. Pada manusia, seorang patriot bisa sama terharunya dengan seorang nasionalis dalam menunjukkan kesetiaannya pada simbol-simbol seperti bendera atau lagu kebangsaan; tapi, para nasionalis lebih sensitif terhadap simbol-simbol tersebut.
HOLIDAY SALE: PS for less than $0.7 per week
At a time when democracy is under threat, there is an urgent need for incisive, informed analysis of the issues and questions driving the news – just what PS has always provided. Subscribe now and save $50 on a new subscription.
Subscribe Now
Bagi para nasionalis, melihat bendera negara atau pemimpin yang dihormati, meskipun sebentar saja, akan menimbulkan reaksi yang kuat, begitu juga dengan tidak adanya simbol tersebut ketika seharusnya simbol itu ada. Hal ini terlihat jelas pada kemarahan kaum nasionalis kulit putih AS terhadap para atlet profesional kulit hitam yang berlutut selama dikumandangkannya lagu kebangsaan untuk memprotes kekerasan polisi.
Meskipun para nasionalis jauh lebih curiga pada hal-hal yang berbeda dari mereka dibandingkan dengan para patriot, bukan berarti para patriot tidak memiliki prasangka. Dengan mencurahkan perhatian mereka untuk sesama warga negara atau orang-orang dari ras atau suku yang sama, para patriot juga mungkin melakukan diskriminasi, terkadang tanpa disadari, terhadap orang-orang yang berbeda dari mereka.
Munculnya perspektif yang bertentangan ini mungkin menjadi hal yang penting bagi kelangsungan hidup kita. Semua cara berpikir bisa bermanfaat pada konteks-konteks tertentu. Dalam pekerjaan saya sebagai ahli biologi, saya menemukan bahwa kelompok-kelompok mulai dari simpanse hingga rayap cenderung memiliki dua fungsi yang berkaitan; memenuhi kebutuhan anggota kelompok dan melindunginya. Perlindungan fokus pada hal-hal yang berasal dari luar kelompok, sedangkan pemenuhan kebutuhan fokus pada hal-hal yang ada di dalam kelompok.
Dimensi patriot-nasionalis dari identitas kita mungkin merupakan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan sosial yang berbeda-beda. Penyeimbangan antara tanggung-jawab juga terjadi dalam dunia hewan. Para ilmuwan menemukan bahwa koloni semut memiliki potensi sukses paling tinggi ketika koloni tersebut tidak hanya terdiri dari individu yang dengan gagah berani mempertahankan koloni, tapi juga memiliki anggota kelompok yang menghindari bahaya dan merawat sarang mereka dengan hati-hati. Jika kelompok perawat sarang ini terlalu sedikit, maka semut-semut yang masih muda akan kelaparan; jika kelompok yang berani mempertahankan koloni terlalu sedikit, maka berbagai parasit akan mencuri sumber daya koloni.
Meskipun kita berpikir bahwa masyarakat yang sehat berfungsi melalui kerja sama di antara para anggotanya, konflik juga bisa bermanfaat. Walaupun orang-orang dengan pandangan berbeda jarang bisa mencapai kesepakatan, kenyataannya adalah masyarakat dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit nasionalis atau patriot akan rentan terhadap bencana. Tapi, manusia modern menghadapi jauh lebih banyak permasalahan dibandingkan dengan hewan lainnya – termasuk nenek moyang kita. Jika ketegangan sosial saat ini muncul di zaman nenek moyang kita yang berburu dan meramu, maka masyarakat yang hanya terdiri dari beberapa ratus orang ini akan terpecah-pecah.
Banyak perpecahan sosial kita saat ini mencerminkan kenyataan bahwa kita berevolusi dari masyarakat yang homogen. Masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan ras merupakan suatu hal yang cukup baru dalam sejarah kita, dan banyak orang – baik patriot atau nasionalis – masih memihak etnis mereka sendiri, baik secara sadar atau tidak. Oleh karena itu, sebuah tindakan jahat yang dilakukan oleh seorang anggota kelompok minoritas – seperti penembakan klub malam di Orlando pada tahun 2016 oleh orang Amerika keturunan Afganistan – memicu kemarahan terhadap seluruh kelompok keturunan Afghanistan, bahkan terhadap suku lain yang tidak terkait dengan tragedi tersebut. Saat orang-orang merasa takut akan keselamatannya atau cara hidupnya, mereka cenderung menyamakan semua pihak yang dianggap berasal dari luar kelompok mereka.
Pada awal tahun 1996, ketika sebuah survei menanyakan apakah orang-orang AS mau memiliki tetangga yang merupakan orang Wisian, hampir 40% dari responden menjawab tidak bersedia, meskipun kelompok “Wisian” tersebut sebenarnya tidak ada (para peneliti mengarang hal ini). Tapi, walaupun ada prasangka yang kuat, masyarakat modern yang terdiri dari berbagai etnis dan ras masih tetap bertahan, dan jika dijalankan dengan benar, maka masyarakat seperti ini akan menjadi maju.
Penjelasan yang umum atas ketahanan ini diajukan lebih dari satu abad yang lalu dalam buku Folkwaysyang ditulis oleh sosiolog William Summer, yang mengatakan bahwa gesekan dengan pihak luar akan menyatukan suatu masyarakat. Tapi jelas bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Seperti yang sudah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, pihak luar bisa menciptakan perpecahan dan mengadu domba kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Dan bahkan ketika ancaman pihak luar bisa menyatukan sebagian besar masyarakat, kelompok-kelompok minoritas bisa menjadi lebih termarginalisasi – atau bahkan dimusuhi – dibandingkan kondisi yang ada saat ini.
Bagaimanapun, orang-orang AS dengan kecenderungan politik yang berlawanan saat ini sudah terlalu berbaur sehingga negara ini tidak akan terpecah dengan cara yang sama dengan yang mungkin terjadi pada masyarakat pemburu dan peramu. Kita terpaksa hidup bersama, dan mungkin ini adalah yang terbaik.